IHSG terombang-ambing, Pasar Saham Indonesia di Ujung Momentum atau Awal Koreksi Baru

Ilustrasi Pergerakan IHSG (Pixabay)

Jakarta, mediahukumnews.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan pertama Oktober 2025 dengan kenaikan tipis +0,23 persen di level 8.118. Namun, euforia itu tak sepenuhnya menular ke saham unggulan. Indeks LQ45 dan IDX30 justru terkoreksi tajam masing-masing –2,17 persen menandakan tekanan besar di sektor blue chip.

Aksi profit taking investor asing juga memperberat sentimen. Data menunjukkan arus keluar modal mencapai 3,1 triliun rupiah dalam sepekan terakhir. Bersamaan dengan itu, rupiah melemah ke 16.692 per dolar AS (30/9), level terendah dalam dua bulan terakhir.

Pelemahan rupiah disebut dipicu rencana Bank BUMN menaikkan bunga deposito valas ke 4 persen mulai 5 November, yang mendorong sebagian investor beralih ke instrumen dolar. Meski begitu, IHSG masih mendapat sokongan dari sektor-sektor konglomerasi dan emiten dengan orientasi ekspor yang diuntungkan oleh pelemahan mata uang.

Analis menilai pasar kini berada di fase krusial. Jika capital inflow kembali menguat dan rupiah stabil di bawah 16.600/USD, IHSG berpotensi menembus angka 8.200–8.300. Namun bila tekanan global berlanjut, indeks bisa terkoreksi ke 7.900–8.000.

Ilustrasi Pergerakan IHSG (Pixabay)

Optimisme datang dari rencana pemerintah mengaktifkan dana abadi “Danantara”, yang  hingga 10 miliar dollar Amerika, ke instrumen domestik. Langkah itu diharapkan bisa menahan arus keluar modal dan menjaga stabilitas pasar. Investor tidak perlu panik, tapi harus selektif. Fokus pada saham yang memiliki fundamental kuat dan arus kas stabil.

Dengan kombinasi faktor global, rupiah, dan kebijakan likuiditas dalam negeri, IHSG kini berada di titik penentuan. Antara ancaman koreksi lebih dalam, atau justru momentum baru untuk rebound. ***