Ketika AS dan Tiongkok Berdamai, Babak Baru Perekonomian Dunia Dimulai

Babak Baru Perdagangan AS - China

Jakarta, mediahukumnews.com – Pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping pada akhir Oktober 2025, menjadi momen yang ditunggu dunia. Dua kekuatan ekonomi terbesar itu dikabarkan tengah merumuskan kesepakatan perdagangan baru yang bisa mengakhiri ketegangan tarif lintas benua selama bertahun-tahun.

Isyarat perbaikan hubungan ini datang di tengah kekhawatiran bahwa ekonomi global menurut laporan IMF terus melambat, dari pertumbuhan 3,3 persen pada 2024, menjadi 3,2 persen tahun ini. Dunia seolah menahan napas, menunggu apakah pertemuan dua pemimpin besar ini akan menjadi awal rekonsiliasi, atau sekadar jeda sebelum badai ekonomi berikutnya.

Di balik meja diplomasi, terdapat dinamika yang lebih dalam. Perang dagang antara AS dan Tiongkok selama lima tahun terakhir, telah mengacaukan rantai pasok global, menekan ekspor, dan menghambat investasi lintas negara. Kini, dengan adanya sinyal perjanjian baru, pasar modal bereaksi positif ditandai dengan indeks saham Asia naik tipis, sementara nilai tukar yuan menguat terhadap dolar. Namun, euforia sesaat ini belum tentu berarti stabilitas jangka panjang. Ancaman utang global yang meningkat, disrupsi teknologi berbasis AI, serta ketimpangan perdagangan digital masih menghantui fondasi ekonomi dunia.

Babak Baru Perdagangan AS – China

Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, perubahan hubungan dua raksasa dunia ini membawa dua sisi mata uang. Di satu sisi, perbaikan perdagangan global dapat membuka ruang ekspor dan investasi baru, terutama di sektor manufaktur, logistik, dan energi terbarukan. Namun di sisi lain, ketergantungan terhadap arus modal asing dan bahan baku impor tetap menjadi risiko yang tak bisa dihindari. Pemerintah dan pelaku bisnis harus cepat membaca arah angin. Diversifikasi pasar, penguatan industri dalam negeri, serta diplomasi ekonomi yang lebih adaptif, menjadi kunci untuk bertahan di tengah ketidakpastian global.

Kini dunia menghadapi pertanyaan besar. Apakah perdamaian dagang ini akan melahirkan stabilitas baru, atau justru menunda krisis berikutnya? Di tengah sorotan publik dan pasar, satu hal pasti, pertemuan Trump dan Xi bukan sekadar tentang perdagangan, tetapi tentang siapa yang memegang kendali masa depan ekonomi dunia. Dan di antara riuhnya geopolitik, negara seperti Indonesia harus pandai memainkan peran. Indonesia dituntut menjadi penonton yang cerdas, sekaligus pemain yang siap saat babak baru ekonomi global dimulai. ***